Film TRON : ARES Review dan Kesan Subjektif Bapak2 GenX
Setelah menunggu 15 tahun sejak film TRON Legacy, alhamdulillah masih diberi usia untuk menonton TRON Ares (2025) di Bioskop. Sebelumnya saya juga telah menonton TRON (1982) di VCD. Jika anda menontonnya di bioskop bisa dipastikan kini anda sudah jadi bapack2 atau kakeck2.
Saya bersemangat menonton TRON Ares lalu mengajak anak saya
yang SMA kelas 2. Meski awalnya dia ragu dan tidak familiar dengan film
tersebut karena lebih suka Anime. Selama 2 jam di bioskop dia tetap menatap
layar bioskop. Setelah keluar dari ruangan komentarnya positif dan wajahnya
tidak bete seperti sebelumnya.
Lalu bagaimana pendapat saya sebagai bapaknya? Tidak beda
jauh dengan anakku. Film bernuansa kemerahan ini tetap memukau, dimana
sebelumnya kebiruan dan kekuningan. Bisa ditebak 15 tahun lagi film TRON
bernuansa hijau. Berani bertaruh?
Hampir semua reviewer memuji visualnya yang semakin detail
dan estetik. Ciri khas TRON tetap ada seperti
baju iluminasi, efek morphing sepeda motor, ekor pagar cahaya pada kendaraan,
perang bumerang dan adegan mengangkat bumerang pada sorotan cahaya.
Film ini cukup variatif unsur-unsurnya. Jenis kendaraan selain sepeda motor neon ada tank dan pesawat terbang yang juga berefek neon. Pemainnya beraneka ras ada Amerika, China, Eropa, India dan Afrika. Settingnya pun berpindah-pindah antara dunia nyata, dunia maya dan dunia maya ala TRON klasik.
Tentu visual yang ciamik, harus didukung cerita yang sebanding gambarnya. Dalam hal ini reviewer banyak yang memberi nilai kurang. Namun saya tidak sependapat. Ceritanya menarik, mudah diikuti, kreatif, beda dengan kedua film sebelumnya dan tidak bertele-tele.
Uniknya kini benda-benda di dunia maya masuk
ke dunia nyata. Di film TRON Ares porsi setting di dunia nyata lebih banyak,
tidak seperti sebelumnya yang hampir sepanjang film di dunia maya.
Tidak ada adegan sadis, romantis dan erotis sehingga cocok nonton bareng anak dan cucu anda. Namun tidak dianjurkan ditonton emack2 atau neneck2. Penonton emack2 sebelah saya tidak menikmati filmnya, malah main hape dan keluar bioskop sebelum waktunya dan kembali setelah ending credit title.
Aksi seru dan memanjakan mata ditambah sound efek dan musik
latar dari Nine Inch Nail (NIN) yang futuristik menambah kesan megah dan mewah. Sulit untuk tidak berkata:
Wow!
GenX seperti saya akan akrab dengan film ini karena diiringi
lagu Can’t Get Enough dari Depeche Mode. Ditambah lagi adegan remake
environment TRON versi awal yang terlihat klasik (kuno).
Lalu apa dong kekurangan film ini? Untuk hal ini saya tidak
bisa berpikir karena kerinduan terhadap film ini yang membutakan mata dan hati.
Kalau mau tahu kekurangannya coba cari reviewer GenZ yang usianya puluhan tahun
di bawah saya.
Jika usia anda mendekati atau sudah 50an sayang sekali jika melewatkan film ini di bioskop karena sekuelnya mungkin hadir 15 tahun lagi. Begitu pula jika menonton di layar TV LED apalagi laptop karena tidak akan terasa kemegahan audio visualnya.
Saya akhiri artikel yang tidak jujur ini dengan memberi nilai 11/100 ... eh.. 90/100. Keputusan juri mutlak dan tidak bisa diganggu gugat. Jika tidak setuju silakan tonton filmnya lalu buat artikel tandingannya.
Mohon tidak like, share apalagi komen.
Hidup Persib!

Komentar
Posting Komentar